Tuesday, April 28, 2015

Ibu juga bisa jadi tukang ojek



Namanya ibu-ibu, mesti bisa multifungsi. Ibu-ibu zaman sekarang bisa jadi ibu bekerja, juga harus bisa jadi ibu rumah tangga ya bisa masak, bisa beberes rumah, ditambah lagi bisa ngeblog, bisa dagang, bisnis onlinelah....dan satu lagi yang gak bisa disepelekan yaitu jadi tukang antar jemput anak. Selama anak kita sekolah dan belum mampu mandiri berkendaraan sendiri tentunya peran orang tua penting untuk antar dan jemput anak. Kalau gak sempet dan punya uang lebih tentu tugas antar jemput anak sekolah bisa dilakukan tukang ojek langganan atau pakai jasa antar jemput anak sekolah yang biasanya disediakan sekolah masing-masing, atau jasa antar jemput dari luar sekolah.

 Salut dengan para ibu yang lihai nyupir mobil atau mengendarai sepeda motor yang ramai dan macet di jam-jam berangkat sekolah serta di jam-jam pulang sekolah, menyusuri jalanan menuju sekolah. Khusus pengendara sepeda motor mesti gesit nyelip sana-sini membawa anak-anak yang kadang-kadang lebih dari dua anak dalam satu motor, semata-mata agar anak tidak terlambat sampai sekolah dan ibu bisa segera kembali ke rumah melanjutkan kembali pekerjaan rumah tangga yang ditinggal sebentar demi tugas mulia mengantar anak ke sekolah.

Di saat hujan turun pun para ibu rela berbasah-basah jemput anak-anak di sekolah, setidaknya memakai mantel/jas hujan mengurangi basah kuyup baju. Di sebagian besar ibu-ibu di Indonesia tentunya masih banyak yang memilih sepeda motor sebagai kendaraan untuk antar jemput anak selain praktis cara mengendarainya juga bisa buat nyelip sana sini kalau hujan.

Ketika ada aktivitas di luar rumah seperti acara arisan, pelatihan, pertemuan dalam suatu komunitas biasanya selalu saja silih berganti ibu-ibu yang pamit duluan, atau meninggalkan acara sejenak dengan alasan menjemput anak sekolah dulu, nanti kami kembali lagi ke tempat acara atau kadang sudah capek dan langsung pulang ke rumah.
Tidak hanya antar dan jemput anak ketika sekolah saja, tetapi dalam setiap kegiatan anak pun ibu-ibu pasti terlibat juga jadi tukang ojek untuk mereka. Antar les, antar kegiatan ekstra kurikuler di luar jam sekolah, antar ke rumah teman anak untuk main atau kerja kelompok. Bahkan antar anak membeli keperluan sekolah dan keseharian mereka.

Dalam setiap tugas menjadi seorang ibu yang multifungsi pasti ada suka dan dukanya. Sukanya jika dijalankan dengan ikhlas tentunya tugas lebih mudah dan lancar, capeknya hilang seketika melihat anak bahagia ketika selamat sampai tujuan mereka dan segera memulai aktivitas mereka. Dukanya kalau di jalan kurang hati-hati atau sedang apes, kecelakaan bisa saja terjadi. Karena itu untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan dan demi keselamatan ibu dan anak, usahakan patuhi rambu-rambu lalu lintas, juga pakailah sabuk pengaman, helm, sarung tangan dan alas kaki yang nyaman. Dan untuk ibu-ibu yang berkendara sepeda motor tetapi memakai rok, untuk lebih hati-hati, tak jarang rok bisa belibet masuk ke roda motor, nyantol di rantai motorlah dan itu sangat berbahaya, bukan dilarang pakai rok tapi tentunya mesti lebih waspada ketika mengendarai sepeda motor.

Tukang ojek anak pun bisa jadi suatu peluang untuk ibu mencari tambahan penghasilan jika waktu ibu ada, tenaga juga kuat serta tentunya ada izin dari suami. Sehingga ibu mendapat tambahan penghasilan tetapi keluarga ridlo karena mereka tidak ibu abaikan.

Syukur-syukur seiring berjalannya waktu anak-anak bertambah besar, ajari mereka naik angkot berangkat atau pulang sekolah. Kadang-kadang ada anak-anak yang juga bersepeda sendiri ke sekolah, itu semua melatih kemandirian anak dan juga meringankan tugas ibu tentunya. Meski jalanan ramai, ajari mereka untuk berhati-hati di jalan, mematuhi peraturan di jalan dan jangan lupa biasakan mereka berdoa setiap menaiki kendaraan ke mana pun.

Bravo ibu-ibu yang sampai detik ini masih jadi tukang ojek anak-anak seperti saya. Antarkan mereka dengan diiringi doa ibu untuk kesuksesan mereka.

1 comment:

  1. Apakah sdh dipertimbangkan risiko kecelakaan (kemungkinan mengalami kecelakaan) ketika frekuensi menggunakan spd motor di jalan cukup tinggi kr selain jam sekolah juga ada kegiatan diluar jam sekolah. gmn pendapat bapak ibu jika sekolah diubah dari half day school menjadi full day school shg kehiatan bersepeda motor jado berkurang

    ReplyDelete